Monday, September 9, 2013

SENI BERCAKAP KEPADA KANAK-KANAK

Saya sedang usaha mengasah skil ibubapaan..

Maka, ketika ini anak-anak saudara adalah tempat menjalankan ujikaji.. 
InsyAllah, ujikaji yang membawa kebaikan..

Ketika ini saya tinggal dengan abang, bersama kakak ipar dan dan dua cahaya mata mereka..

Anak abang yang sulung, Mohamad Iman Farhan namanya, berusia 2 tahun 5 bulan (selalu dipanggil 'Iman' dalam keluarga). Anak saudara yang kedua bernama Sumayyah yang baru  berusia 4 bulan.

Apa yang selalu saya perhatikan.. Kanak-kanak, apabila jatuh, meraungnya sangat kuat, walaupun jatuh di atas karpet yang gebu lagi tebal..

Ia adalah biasa, kerana kanak-kanak mahukan perhatian.

Alhamdulillah, Allah berikan idea untuk atasi kalau-kalau si Iman jatuh atau tersadung.

Dari umurnya, setahun lebih, saya suka bercakap dengan iman dan ulang dialog ini berulang-ulang kali kepadanya..

" Iman Kuat !" sambil buat muka dan tangan seperti ini



Lama-lama, dialog ini jadi sangat biasa. Dan kalau saya menyebut "Iman....Kuat !", iman akan sama-sama buat muka, aksi dan tangan sama seperti saya. 

Sangat...comel..

Apabila Iman jatuh, tersadung sesuatu atau melanggar, Iman akan toleh pada kami (minta pujuk la tu...) tapi saya cepat-cepat akan buat aksi bersemangat dan sebut " Iman... kuat! "

Kesannya, Iman akan bangun dan buat aksi yang sama macam saya. Seolah-olah tiada apa-apa berlaku. Rasa macam nak ketawa terguling-guling... 

Rupanya, cara ini turut beri kesan pada Si Adik (Sumayyah) yang baru berusia 2 bulan. 

Ada satu hari tu, kakak Ipar saya bercerita tentang kesan suntikan pada tangan Si Adik merah dan luka sedikit. Alahai..baru sekecil  2 bulan itu, memang tak tahan sakit. Lama kakak ipar saya memujuk, tapi kuat juga tangisnya. Tapi, yang sangat mengejutkan, kemudian Si Abang (Iman) berdiaolog dan beri semangat pada Si Adik yang berusia 2 bulan itu dengan mengucapkan,
 "Bi... ngan nges... Bi kuat !" (baby, jangan nangis, Baby kuat!)

Si Adik nampak tenang sedikit bila dipujuk Si Abang...
 

Allah Allah...
Besar sungguh kuasa Allah yang memberi ilmu kepada Si Kecil Iman ini. Moga-moga Muhamad Iman Farhan menjadi, anak yang soleh. Amin...







WANITA: MILIK ALLAH

Ketaatan kepada Allah adalah FOKUS UTAMA kita.

Wanita sekali kali bukan milik lelaki yang disebut Suami, Ayah dan sewaktu dengannya..

Wanita juga menutup aurat bukan kerana ingin menjaga pandangan lelaki !

Wanita memakai tudung, menutup aurat hanya semata-mata atas perintah Allah...

Dalam Alquran, Allah terlebih dahulu menyebut dan memerintahkan agar lelaki menundukkan pandangan dan menjaga diri  menjaga diri mereka sendiri. Kemudian barulah Allah menyebut tentang wanita agar menutup aurat

Firman Allah s.w.t maksudnya : "Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menundukkan pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Amat Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang mereka kerjakan".

"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menundukkan pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya"
(Surah an-Nur ayat 30-31)
Jadi, tugas menjaga alam ini,  keamanan dan memakmurkan alam ini adalah tugas bersama, lelaki dan wanita !
  
Allah letak kedudukan Wanita, adalah setara dan adil dengan lelaki. Setara dan adil tidak bermaksud sama dan serupa, tetapi sesuai dengan keadaan biologi untuk memakmurkan alam ini. Dari segi tugas tujuan dijadikan adalah sama, lelaki mahupun wanita. Di Akhirat nanti akan dihisab berdasarkan Penilaian Allah. Tidak sedikit pun akan dianiaya, baik lelaki mahupun wanita.
 
Dan sesiapa yang mengerjakan amal salih, dari lelaki atau perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk Syurga, dan mereka pula tidak akan dianiaya (atau dikurangkan balasannya) sedikitpun.
(Surah An Nisa ayat 124) 



APA TUJUAN HIDUP INI??

Untuk menjadi Hamba kepada-Nya seperti yang disebut dalam Al quran 51:56

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." 
(Surah Adz-Dzariyat: Ayat 56)

Banyak kisah dalam Al Quran yang disebut tentang wanita mampu berjaya meraih cinta Allah dan dijanjikan masuk Syurga seperti...

Kisah Asiah, isteri Firaun
kisah Mariam, ibu Nabi Isa a.s

Dan jangan lupa.....
Bahawa wanita yang berdegil dan derhaka jangan salahkan suami atas ketidaktaatannya, seperti kisah Isteri Nabi Luth yang tidak taat.

Maka, yakinlah bahawa Allah bersama-sama dengan kita, wahai Wanita-Wanita Solehah.. Tanpa lelaki, Kita mampu ke Syurga. Suami adalah tiket atau jalan alternatif untuk kita ke Syurga..

Ada manusia ke Syurga dengan sedekah yang ikhlas...
Ada manusia ke Syurga dengan Solat yang kusyuk...
Ada manusia ke Syurga dengan jihad dan mati syahid...
Dan ada juga wanita yang ke Syurga dengan solat lima waktu, puasa Ramadan, memelihara maruahnya, dan taat  kepada suami...

Andai kita tak ketemu jodoh atau suami di dunia pun.. Allah pasti beri di Syurga nanti.. Syaratnya, raih cinta Allah, redha Allah.. barulah layak ke Jannah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ
Tidak ada seorang yang membujang pun di syurga
(Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1736 dan 2006)
 
Oleh itu, fahami diri kita dan kedudukan kita dalam Islam. Allah sayang Wanita sama seperti Allah sayangkan Lelaki..

Jangan pernah rasa cemburu dengan kaum lelaki... 
Kerana kelayakan kita ke Syurga adalah berdasarkan iman dan taqwa kita kepada Allah ! Seperti yan disebut Allah swt;-

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Surah Al Ahzab ayat 35)



 

ARE YOU IN A RELATIONSHIP???

Back then, I never really understood when people say “make the Quran your best friend.” To me, it is just a book. In a language I unfortunately do not understand. And growing up, there were so many taboos (pantang-larang) associated with this one book.


“Ablution is compulsory! (Wajib berwudhu!). 
Wear your praying garments!  (Pakai telekung!). 
Read only on your praying mat! (Mengaji atas tikar sejadah!). 
Put it on the top most cupboard! (Letak atas almari paling tinggi!). 

Do not be in contact with it when you are on vacation!”  And I am not talking about the literal vacation.


Thus I wondered, how on earth is one supposed to be in this “madly-in-love” relationship if one is only allowed to see it five times a day, in a position one might not be comfortable with (Duduk bersila masa mengaji!) and....
 one cannot be in contact with it when one is on vacation. Do you know that one is in her worst murderous mood when she is on vacation? Again, I am not talking about the literal vacation.


So yes, I never really understood when some people say “make the Quran your best friend.” (T T)


My curiosity towards the concept of turning your Quran into something more than just a holy book began when one of my favourite authors wrote “All the verses in the Quran are like personal love letters from God to us.

[1] This single statement struck a chord inside me. All this while I thought the sole purpose of completing the recitation of the Quran (mengkhatamkan Quran) was so that we could have a khatm Quran ceremony. 

 It was just one of life’s goals to achieve. “You have to finish reading your Quran before you turn 12!”. And once the ceremony is over, so is our connection with the Quran. 

We missed out on the chance to bond with our Quran. 
We missed out on the opportunity to make the Quran as our best friend, the one that will help us get through our trials in life, through sadness and downfalls. 
The one that will remind us not to forget to thank Allah when something good comes our way or to remind us that we have a purpose in this life, that we were not born or placed on this earth to grow, eat, sleep, work, get married, produce offspring and die peacefully. Because if these are what we are only doing, what differentiates us from the animals then?


A couple of years ago I met two women who changed my entire view on this matter. 

These two inspiring women taught me and guided me on how to commit myself to a relationship like no other. That it is not too late for me to chase after the Quran and make it my best friend. 

Just like how you have to know someone to be in love with someone, the same concept is applied in wanting to be in a relationship with your Quran.


Two years and with this relationship growing strong, I have found some tips and tricks that have helped me in learning how to connect with the Quran. My Quran.


 

10 Easy Steps To Kick-start Your Relationship


(Disclaimer : Tips shared are from a newbie for a newbie who intends on learning how to fall in love with the Quran. Quran here refers to the copy of Quran Translation. The writer acknowledges that there are certain Adab (أدب‎) / Islamic etiquettes that have to be maintained when dealing with a copy of a proper Quran / kitab / mushaf or مصحف  (non-translation).


1. The first step is to go out there and get a decent copy of the translation of the Quran in a language you are most comfortable with : Malay, Indonesian, or even English.  

Let’s face it, Arabic is not our mother tongue (in Malaysia it is not). If you want to make this relationship work, you have to start with the basic. 

This can only be done with a copy of a Quran’s translation. Unless you are fluent in Arabic, you will not be able to understand a single thing Allah is trying to tell you in the Quran. 

It will become something that you read for the sake of completing reading it. Not because you truly want to know what Allah is trying to tell you.

1

Image courtesy of Google


2.  Step 2 is optional but probably one that you are going to love. 

Get yourself a handbag that will fit your Quran translation. 

I remembered going to a program in Masjid Al-Mukhlisin, Cheras, where the speaker told us that when women are choosing a bag to buy, they never considered the “Will this bag fit my Quran?” requirement.

 We usually think and consider whether the bag will fit our purse, our keys, our praying garments, our makeup bag but never the Quran. 

This being said, it does not mean you now have to chuck away all those bags you currently have and get new ones just because those bags could not fit your Quran.

What I am trying to emphasize is not to forget the requirement mentioned above the next time you are out on a quest for a new bag.


3. Step 3 is a continuation from step 2. Guys reading this are probably thinking, “What does buying a bag has anything to do with reading the Quran? That is typical of a girl to use any kind of excuse to justify herself into buying a handbag.

 Well, hold your horses guys. The only reason I mentioned step 2 is because in step 3, you are required to bring your Quran with you wherever you go. EVERYWHERE you go, always have your Quran with you. 

When you go to school, when you go to work, when you are out for leisure purposes, never leave the house without your Quran.  

Why? Because at any chance you could possibly get, read the Quran. You are waiting for your bus? Read the Quran to kill time. Waiting for your friends at that cafe you love to hang out together? Read the Quran over your favourite cup of mocha. Stuck in a traffic jam on your way to work? Read the Quran.


In movies, there is always a character, a girl who is sitting alone deeply engrossed in her copy of Jane Austen’s Pride and Prejudice. 

There is something somewhat very mysterious about her, as if she is one of a kind. But we rarely see anyone here reading the Quran while waiting for her train at the train station or even when enjoying an afternoon in the park. Be that one-of-a-kind person. 

Change the “you-can-only-read-your-Quran-privately-in-your-home” culture !


   read

Images courtesy of Google



4. Go crazy and wild with your Quran.

 I am talking about sticky notes, highlighters, scribbling on the pages of your Quran with new things you have learned about.

There are words of wisdom, motivational quotes so profound it will put that “bowl of soup for the soul” book series to shame. 

There are Quranic verses that tell you about the rewards of Jannah and the wraths of Jahannam. There are stories for you to take lessons from (the story of Ashab e Kahf from Surah Al-Kahf, chapter 18 and the story of Prophet Yusuf from Surah Yusuf, chapter 12.) 

There are verses so beautifully composed and rhymed as though it is a poetry written especially by Allah for you that your heart breaks softly when you read it (Surah Ar-Rahman, chapter 55). 

The list of exciting things you will encounter with the Quran goes on and on. Trust me, it will be one exploration that you will have the most fun with.  Go crazy with your Quran. Go wild in exploring your Quran.
 

For me, my most favourite part of getting to know the Quran is when I stumble upon supplications of the prophet and the believers. 

Mark them. Try to memorize them. Do not let your Quran be that book kept prim and proper on your bookshelf, the pages pristine white because you fear of writing anything on it.

IMG_0954[1]

Image courtesy of www.anne-mishi.blogspot.com [3]



 6. Highlight frequently read phrases to familiarize yourself with the beautiful sayings of the Quran. La tahzan (Don’t be sad = لا تحزنا) or Afala Ta’qilun (Do you not think? =  افلا تعقلون) are some of the example of phrases mentioned numerous times in the Quran that you cannot help but notice it. 

Take note of it so that the next time you see it, you would be able to recognize it and you would get that sense of familiarity and feel as if you are personally connecting with the Quran.


7. Know the benefits of reading the Quran

The more you know about the benefits that you will reap, the more you want to spend time with it. The rewards of reading and reciting the Quran are many. An authentic hadith in At-Tirmidhi states:

Whoever reads a letter from the Book of Allah, he will have a reward. And that reward will be multiplied by ten. I am not saying that “Alif, Laam, Meem” is a letter, rather I am saying that “Alif” is a letter, “laam” is a letter and “meem” is a letter.” So increase your recitation of the Qur’an to gain these merits, and to gain the following merit as well.


In another hadith, ‘Aa’ishah, may Allah be pleased with her, relates that the Prophet Muhammad S.A.W said:


Verily the one who recites the Qur’an beautifully, smoothly, and precisely, he will be in the company of the noble and obedient angels. And as for the one who recites with difficulty, stammering or stumbling through its verses, then he will have TWICE that reward.” [Al-Bukhari and Muslim]


Apart from that, another advantage of being best buddies with your Quran is that it will become your saviour on the day of judgement. In a hadith narrated by Abu Umamah, he said that he heard Allah’s Messenger S.A.W say:


Recite the Qur’an, for on the Day of Resurrection it will come as an intercessor for those who recite it. [Sahih Muslim Hadith 1757]   


8. Personalize your Quran.

Qurans nowadays are printed and published in so many different designs and colours. 

Get one that matches your personality. 

Pink, red, green, leather bound, hard cover bound. 

Make some fancy cover for your Quran. I know some will argue by saying it is the act of reading and reciting the Quran that matters, not whether the cover matches your bag or the colour of your hijab.

But if these things help motivate you, help get you excited about opening your Quran and reading it, I say “Why not!”.

 If one could constantly upgrade the accessories of one’s smartphone, what is wrong with doing the same with one’s Quran?


995110_10201182908792338_1311340387_n

 Image courtesy of Facebook [4]



 9. Take it a step further. If is not merely enough that you upgrade the “external” aspect of your Quran. 

Enrol yourself in a tafseer class.

 Learn with teachers and scholars that can deepen your knowledge and understanding about the verses of the Quran. 

Then take it another step further : Enrol yourself in an Arabic class. It will do you wonders. Often times I get really envious of a person whom upon reading a verse of the Quran, burst into tears because he or she actually understands what was being read. He or she knows how terrifying Jahannam is and how beautiful Jannah is described. Unfortunately, the rest of us do not have the same effect and we could only blame it on our lack of proficiency in Arabic.


10. The final tip : Istiqamah. To be steadfast. 

Strive to always be in the company of the Quran. Strive to read the Quran every single day.

 Treat the habit as though it is a supplement, a vitamin to nourish your soul (a sister I know calls it her Vitamin Q). 

Start small. For the beginners, start by reading a page each day and keep adding as you feel you are spiritually progressing. It is not about finishing the race (to complete the reading of the Quran).

 It is about enjoying the journey at your own pace. To feel how the verses of the Quran will change you.


.....So there you go. I really hope you benefit from these ten tips as much as I have. Also a point to always remember is to never stop making du’a to Allah to help ease your journey with the Quran. I ask Allah to enter the Quran into our hearts and to let us turn to the Quran before anything else. I also ask Allah to make you and I amongst those who “speak” the Quran. I am reminded of what Ustadh Nouman Ali Khan once said in his lecture[6], “Before you want Quran to be your companion on Judgement Day, you have to first be its companion here in this life.”

So my question to you now is : Are you ready to be in this special relationship?


 By,
copy from The Girl with The Pink Quran 
MIZAN WEBSITE

Tuesday, May 14, 2013

Taska-Taski Untuk Kanak-Kanak Berumur Kurang 7 tahun, Perlukah??

~Perkongsian menarik Puan Lina, Ibu kepada dua kanak-kanak Penghafaz Al Quran~
Rata rata saya dapati di Malaysia ini ramai yang mula mendedahkan kanak kanak untuk mula belajar samada membaca, mengira atau mengaji umur 4-5 tahun. Sebab itu kita lihat ramai ibu bapa menghantar kanak-kanak bersekolah tadika/pre school umur usia tersebut.

Sebenarnya otak kanak-kanak sudah sangat bersedia untuk menerima apa-apa pelajaran sejak lahir. Otaknya pada waktu ini ibarat sponge yang amat mudah menyerap air jika diletakkan di air. Mengikut kajian sains, pada umur 2 tahun, kapasiti otak kanak-kanak adalah menyamai 80% otak dewasa. Kanak-kanak semuanya sama. Yang membuat mereka berbeza adalah didikan yang kita dedahkan pada mereka pada waktu usia kritikal ini.

Setelah saya mencuba dan nampak hasilnya pada anak saya, saya ingin kongsikan pada semua kaedahnya ini. Apapun saya boleh buat kesimpulan memang benar kata orang bahawa pendidikan bermula dari rumah. Kaedah saya bermula dari bayi baru lahir hingga 3 tahun. Saya tidak berjumpa lagi sekolah khas yang mengajar bayi baru lahir hingga 3 tahun ke atas di Malaysia ini. Kalau pusat jagaan kanak-kanak memang ada merata untuk umur ini. Maka, si ibu atau bapalah yang perlu menjadi gurunya dan rumahlah menjadi sekolahnya.

Anda boleh menggunakan kaedah ini samada untuk mengajar anak anda ABC dan seterusnya membaca atau Alifbata dan seterusnya mengaji semuanya terpulang pada pilihan anda. Bagi saya ABC boleh belajar di tadika dan di sekolah nanti. Hingga umur anak saya hampir 3 tahun ini, saya tidak pernah mengajarnya A-Z dan kiraan 1-10, bentuk dan warna dalam bahasa Inggeris secara khusus. Tetapi anak saya sudah boleh mengenal dan menghafalnya sendiri dengan bantuan mungkin dari CD kartunnya atau Barney n Friendsnya. Apapun saya yakin ini kerana otaknya telah dilatih untuk memberi respons yang cepat untuk belajar waktu saya mengajarnya mengaji setiap hari.

Mungkin ada kaedah lain yang di luar pengetahuan saya tetapi ini sahaja kaedah yang saya tahu dan guna pakai sehingga anak saya boleh membaca al Quran sebelum umur 3 tahun. Saya ingin kongsikan kaedahnya kerana saya telah melihat akan hasilnya.

Saya dapati ramai yang tidak terdedah tentang mendidik anak dari bayi. Atau mungkin pernah mendengar tetapi tidak tahu kaedahnya. Semoga perkongsian saya ini memberi manfaat kepada masyarakat Islam bagi melahirkan lebih ramai generasi bijak pandai yang berpegangkan pada al Quran dan as Sunnah.

Bagi saya setiap bayi telah dilahirkan dengan anugerah yang tersembunyi dan ibu bapalah yang membantu mengeluarkan anugerah ini MUNCUL untuk mereka gunakan seumur hidup
Dipetik dari Islamic Parenting Network

Sunday, May 12, 2013

Uwais al Qarni, si Penghuni Syurga-NYA


Uwais al-Qarni adalah di kalangan tabi’in (hidup selepas kewafatan Rasulullah SAW, dan bertemu dengan para sahabat). 

Sejak dilahirkan beliau berpenyakit sopak dan ayahnya telah meninggal dunia. Ibunyalah yang menjaganya sejak kecil sehingga beliau dewasa.

Uwais al Qarni adalah seorang tabiin yang namanya disebut di dalam wasiat Baginda SAW yang disampaikan kepada Saidina Umar al-Khattab dan Saidina Ali KaramAllahu wajhah. Baginda SAW berpesan:
“Di zaman kamu nanti akan lahir seorang insan yang doa dia sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman dan dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua.”
 
Lalu Saidina Umar dan Saidina Ali bertanya: “Apakah yang patut saya minta daripada Uwais al-Qarni, Ya Rasulullah? Nabi SAW menjawab: “Kamu minta kepadanya supaya dia berdoa kepada Allah (SWT) agar Allah (SWT) ampunkan dosa-dosa kalian”.

Setelah Baginda SAW wafat, Saidina Umar dan Ali menunggu-nunggu kafilah yang datang dari arah Yaman. Sehingga akhirnya mereka bertemu dengan Uwais al-Qarni.
Jika dilihat dari pandangan orang biasa, Uwais al-Qarni tiada ciri-ciri istimewa kerana dari pandangan luaran beliau seperti orang yang tidak sempurna akal, tetapi beliau ada sesuatu yang kita tidak ketahui..

KISAH UWAIS AL-QARNI
Beliau mempunyai seorang ibu yang sudah uzur dan lumpuh. Ibunya mempunyai hajat untuk menunaikan haji di Mekah. Namun dengan kudrat yang sebegitu, ibu Uwais tidak mampu untuk ke Mekah berjalan seorang diri. Lalu dia mengutarakan hasratnya kepada Uwais supaya mengikhtiarkan sesuatu agar dia boleh dibawa ke Mekah menunaikan haji.

Sebagai seorang yang miskin, Uwais tidak berdaya untuk mencari perbelanjaan untuk ibunya kerana pada zaman itu kebanyakan orang untuk pergi haji dari Yaman ke Mekah mereka menyediakan beberapa ekor unta yang dipasang diatasnya “Haudat”. Haudat ini seperti rumah kecil yang diletakkan di atas unta untuk melindungi panas matahari dan hujan, selesa dan perbelanjaannya mahal. Uwais tidak mampu untuk menyediakan yang demikian, unta pun dia tidak ada, nak sewa pun tidak mampu.

Ibunya semakin tua, lalu ibunya berkata: “Anakku mungkin ibu dah tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkanlah agar ibu dapat mengerjakan haji”.

Uwais mendapat satu ilham… Dia membeli seekor anak lembu yang baru lahir dan dah habis menyusu. Dia membuat sebuah rumah kecil (pondok) di atas sebuah “Tilal” iaitu sebuah tanah tinggi (Dia buat rumah untuk lembu itu di atas bukit).

Apa yang dia lakukan, pada petang hari dia dukung anak lembu itu untuk naik ke atas “Tilal”. Pagi esoknya dia dukung lembu itu lagi turun dari “Tilal” untuk diberi makan. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Ada ketikanya dia mendukung lembu itu mengelilingi bukit tempat dia beri lembu itu makan.

Perbuatan yang dilakukannya ini menyebabkan orang ramai mengatakan dia gila. Memang pelik, buatkan rumah untuk lembu di atas bukit, kemudian setiap hari usung lembu, petang bawa naik, pagi bawa turun bukit.

Tetapi sebenarnya niatnya baik. Kalau lembu kita buat begitu pagi sekali petang sekali daripada lembu yang beratnya 20 kilogram, selepas enam bulan lembu itu sudah menjadi 100 kilogram. Otot-otot tangan dan badan Uwais menjadi kuat hinggakan dengan mudah mengangkat lembu seberat 100 kilogram turun dan naik bukit.

Selepas lapan bulan dia buat demikian telah sampai musim haji, rupa-rupanya perbuatannya itu adalah satu persediaan untuk dia membawa ibunya mengerjakan haji. Dia telah memangku ibunya dari Yaman sampai ke Mekkah dengan kedua tangannya.

Dibelakangnya dia meletakkan barang-barang keperluan seperti air, roti dan sebagainya. Lembu yang beratnya 100 kilogram boleh didukung dan dipangku inikan pula ibunya yang berat sekitar 50 kilogram.

Dia membawa (mendukung dan memangku) ibunya dengan kedua tangannya dari Yaman ke Mekah, mengerjakan Tawaf, Saie dan di Padang Arafah dengan senang sahaja. Dan dia juga memangku ibunya dengan kedua tangannya pulang semula ke Yaman dari Mekah.
Pulang sahaja ke Yaman, ibunya bertanya: “Uwais, apa yang kamu berdoa sepanjang kamu berada di Mekah?”.

Uwais menjawab: “Saya berdoa minta supaya Allah (SWT) mengampunkan semua dosa-dosa ibu”.

Ibunya bertanya lagi: “Bagaimana pula dengan dosa kamu”.

Uwais menjawab: “Dengan terampun dosa ibu, ibu akan masuk syurga, cukuplah ibu redha dengan saya, maka saya juga masuk syurga”.

Ibunya berkata lagi: “Ibu nak supaya engkau berdoa agar Allah (SWT) hilangkan sakit putih (sopak) kamu ini”.

Uwais kata” “Saya keberatan untuk berdoa kerana ini Allah (SWT) yang jadikan. Kalau tidak redha dengan kejadian Allah (SWT), seperti saya tidak bersyukur dengan Allah (SWT) Ta’ala”.

Ibunya menambah: “Kalau nak masuk syurga, kena taat kepada perintah ibu, Ibu perintahkan engkau berdoa”.

Akhirnya Uwais tidak ada pilihan melainkan mengangkat tangan dan berdoa. Uwais berdoa seperti yang ibu dia minta supaya Allah (SWT) sembuhkan putih yang luar biasa (sopak) yang dihidapinya itu. 

Tetapi kerana dia takut masih ada dosa pada dirinya dia berdoa:
“Tolonglah Ya Allah (SWT) kerana ibu aku suruh aku berdoa hilangkan yang putih pada badanku ini melainkan tinggalkan sedikit”.

Maka, Allah (SWT) memakbulkan doanya dan menghilangkan penyakit sopak di seluruh badannya kecuali meninggalkan setompok di bahagian lehernya. Dan tanda itulah yang disebutkan oleh Rasulullah SAW kepada Saidina Umar al-Khattab dan Saidina Ali untuk mengenali Uwais al-Qarni.

Setelah ibunya meninggal, Uwais menjadi seorang yang soleh dan darjatnya ditinggikan sehingga dia menjadi seorang yang doanya paling makbul.

Apabila bertemu dengan Uwais al-Qarni, mereka berdua pun meminta Uwais mendoakan supaya dosa mereka berdua diampunkan, maka Uwais pun mendoakan mereka berdua.



ISTIMEWANYA UWAIS DI MATA ALLAH


Uwais hanyalah seorang pengembala kambing biasa. Sekali pandang, tiada apa yang istimewa tentang pemuda ini. 

Namun, dia mencatat sejarah hebat di kalangan manusia. Malah, baktinya yang tersembunyi mengangkat dirinya ke martabat yang amat tinggi. Sehingga Rasulullah SAW sendiri mengiktiraf bahawa memang benar Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit, bukan manusia di bumi !

Ketika zaman Nabi Muhammad SAW, Uwais Al-Qarni tinggal di negeri Yaman. Hidupnya sangat fakir dan dalam keadaan yatim. Dia cuma tinggal bersama seorang ibu yang sudah tua dan lumpuh.

Malahan, ibu tua itu telah buta dan hanya bergantung harap pada Uwais untuk menguruskan kehidupannya. Di situlah mereka dua beranak meneruskan kehidupan tanpa ada sanak saudara. Walaupun miskin, Uwais kaya dengan budi bahasa dan amanah.

Justeru, dia menjadi kepercayaan orang untuk menjaga ternakan mereka pada waktu siang. Upah yang diterima hanya cukup untuk menampung makan pakai mereka sehari-hari. Jika ada terlebih, Uwais akan membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dirinya.

Selain itu, Uwais terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Dia seringkali berpuasa dan malam hari masanya terisi dengan ibadah solat-solat sunat dan tahajud kepada Allah. 

Tatkala ibunya memerlukan bantuan, Uwais tidak pernah mengeluh dan akan menguruskan ibunya terlebih dahulu sebelum membuat perkara lain.

Sebenarnya, Uwais ada menyimpan satu keinginan. Dia ingin sekali berjumpa sendiri dengan Rasulullah SAW. Malah, hatinya merasa sedih setiap kali mendengar cerita jirannya yang dapat bertemu dengan Rasulullah SAW. 

Apakan daya, dia tidak boleh meninggalkan ibunya yang uzur dan Uwais redha dengan keadaan itu. Kecintaannya kepada Rasulullah juga bukan calang-calang.

Tetapi seketika kemudian, Uwais kembali sedar bukankah tanggungjawab utamanya adalah berbakti kepada ibunya yang sudah uzur. Mana mungkin dia tegar meninggalkan wanita itu keseorangan. Lagipun, ibu itu amat dikasihi dan dijaga bagai menatang minyak yang penuh saban hari.

Sekian waktu berlalu, kerinduan kepada Nabi SAW yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, memberitahu keinginannya dan memohon izin serta restu agar dapat pergi menemui Rasulullah SAW di Madinah.

Ibunya merasa terharu mendengar permintaan Uwais dan berkata, “Pergilah wahai Uwais, Temuilah Nabi di rumahnya. Kelak, selesai berjumpa dengan Baginda, segeralah engkau pulang ke pangkuanku.”

Izin itu diterima Uwais dengan gembira. Segera dia berkemas untuk berangkat. Dia menyiapkan segala keperluan ibunya dan berpesan kepada jiran agar menemani ibunya selama dia pergi. Sesudah bersalaman dan mencium ibunya, Uwais pun berangkat ke Madinah.

Setelah melalui perjalanan yang jauh, akhirnya Uwais sampai di kota Madinah. Dia terus menuju ke rumah Rasulullah SAW dan mengetuknya. Salamnya dijawab seorang wanita. Itulah Siti Aisyah r.a. Dikhabarkan Rasulullah tidak ada di rumah kerana sedang berada di medan pertempuran. Kecewalah Uwais. Dari jauh dia datang namun Nabi tidak dapat ditemuinya.

Kerana teringatkan ibunya yang sudah tua, hati Uwais serba salah. Perlukah dia menunggu Rasulullah? Di telinganya terngiang-ngiang kata-kata ibunya yang menyuruh dia lekas pulang. Apa khabar ibunya kini? Akhirnya kerana ketaatan kepada ibunya, Uwais berangkat pulang dengan segera.

Kepada Aisyah, dititipkan pesanan dan salam untuk Rasulullah. Tidak lama kemudian, Rasululullah SAW pulang dari medan peperangan. Kedatangan Uwais disampaikan oleh Aisyah.
“Itulah Uwais Al-Qarni, anak yang taat pada ibunya. Dialah penghuni langit,” ujar Baginda SAW.

Siti Aisyah dan sahabat terpegun. 

Nabi berkata lagi: “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah dia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.” 

Sesudah itu Nabi SAW memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata: “Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi SAW kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW mengenai Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi SAW itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra.

Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan mengenai Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan kambing dan unta setiap hari.

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.

Rombongan kafilah itu mengatakan bahawa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni. Sesampainya di khemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tetapi ketika itu Uwais sedang solat.

Usai solat, Uwais menjawab salam Khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi SAW ini dan menghulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabat, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi SAW.

Memang benar! Kelihatan tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni. Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi SAW bahawa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya? Uwais kemudian berkata: “Nama saya Wajah Uwais Al-Qarni”.

Dalam perbualan mereka, dinyatakan ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Sayalah yang harus meminta doa pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Kerana desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan wang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya.

Segera sahaja Uwais marah dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”


SAAT UWAIS BERTEMU PENCIPTA-NYA

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni pun meninggal dunia. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut-rebut untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafannya.

Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke perkuburan, orang berebut-rebut mengangkat jenazah dan mengiringinya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi peristiwa yang menghairankan. Ramai orang yang tidak dikenali datang untuk menguruskan jenazahnya sehingga ke liang lahad sedangkan selama ini Uwais hanyalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang.

Bermula saat dia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni?

Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala kambing dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.

Mereka datang dalam jumlah yang begitu ramai. Mungkin mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan peristiwa-peristiwa ajaib yang berlaku ketika hari beliau wafat telah tersebar ke serata tanah Yaman. Baru hari itu mereka sedar siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni.

Di hari wafatnya, mereka mengakui bahawa memang benar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi SAW, sesungguhnya Uwais Al-Qarni adalah Penghuni Syurga Allah..




Wednesday, May 8, 2013

Akhlak Kita Dengan Al Quran

Alkisah…

Ketika menghadiri kuliah maghrib, Kak Aini sibuk bermain telefon bimbitnya.

Ustaz Mustafa yang sedang memberikan kuliah sempat memperhatikan gelagat Kak Aini.
“Yang sedang bermain handphone, boleh saya tanya, di mana Quran kamu?” tanya Ustaz Mustafa.

Kak Aini cepat-cepat menyimpan handphonenya dan gelabar mencari buku Qurannya.

Tak jumpa.

Kak Aini melihat ke kiri dan ke kanan tak jumpa.

“Tadi saya ingat saya bawa. Ke saya terlupa tertinggal dalam kereta?” bisik Kak Aini.
Malu, Kak Aini cepat-cepat bangun dan ingin pergi ke keretanya untuk mencari Quran.
Bangun sahaja, buku Quran Kak Aini terjatuh ke lantai.

Rupanya buku itu ada di poket. Kak Aini gelabah tadi ketika Ustaz Mustafa bertanya sehingga terlupa dia masukkan buku Quran kecilnya ke dalam poket semasa mengeluarkan HP tadi.

Ustaz Mustafa tersenyum.

“Zaman sekarang – inilah soalan yang paling mudah dijawab. ‘Di manakah handphone antum?’ – Kita tahu di mana handphone kita kerana ia digunakan untuk menghubungkan kita dengan dunia dan orang-orang, sahabat-sahabat dan keluarga kita.

Sekarang soalan paling susah ialah – ‘Di manakah Quran kamu?’ Setiap orang miliki satu Quran.

Quran menghubungkan kita dengan Allah, mengingatkan kita tentang akhirat, dan mereka-mereka yang soleh di akhirat yang kita sepatutnya selalu mengingati. Tapi ramai yang tidak mengingati di mana Quran mereka.

Berilah perhatian lebih kepada Quran sekalian daripada handphone sekalian, ya."
kata Ustaz Mustafa sambil meneruskan ucapannya.


Cerita pendek untuk renungan kita bersama

Dah berapa lama tak baca Quran?
Senyum

------------------------------------------- 

Bila sebut tentang akhlak kita dengan al quran, saya suka sebut dan insyAllah sentiasa sebut...

Tentang ustazah yang mengajar saya mengaji ketika ini- Ustazah Mardhiah
(Kalau ustazah sedang baca ini, saya harap Ustazah halalkan ilmu ustazah dan saya bercadang untuk  kongsi yang pengajaran yang baik saya dapat daripada ustazah ya)

Sebelum ini, saya pandang ringan adab dengan al Quran. 

Kadang-kadang bila membacanya, tidak tutup aurat dengan sempurna. Wuduk pun ada masa tak diperbaharui bila nak mengaji.

Kemudian, bila mula belajar mengaji semula, Ustazah yang mengajar banyak tunjukkan adab mengaji. 

Ustazah tidak sebut secara nyata.. tapi Alhamdulillah, Allah beri peluang untuk 'nampak' nilai ilmu apabila bertalaqqi terus dari guru.

Sebab nampak contoh guru 'sebenar'- tak sama menuntut ilmu melalui internet, televisyen...

Saya lihat, setiap kali ustazah nak mengajar, ustazah akan pakai lengkap berjubah. Elok menutup aurat. 
(kalau guru mampu ikut peratuaran dan berakhlak, saya seharusnya ikut apa yang ditunjukkan oleh guru)

Duduk dengan tenang

Walaupun anak-anak ustazah sangatlah riang-ria berkejar-kejaran dalam rumah, tapi ustazah akan pastikan anak-anak tidak duduk di sofa berdekatan kami (sebab saya mengunakan rehal & duduk di lantai). 

Ustazah akan tegur  "Al quran di bawah, jangan duduk atas sofa, sebab kedudukan badan lebih tinggi dari kaki"

Kesannya, di rumah, saya sentiasa cuba letakkan al quran di tempat tinggi. Selesai mengaji, terus susun di rak. Tidak tangguh-tangguh letak di meja belajar.

Sebab, kerap teringat pada Ustazah bila nampak Al quran.




Terima kasih Ustazah sebab sudi terima saya jadi murid Ustazah